Menu Tutup

Penyakit Infeksius

Penyakit Infeksius

Penyakit infeksius disebabkan oleh organisme patogen yang ada dalam lingkungan atau terbawa oleh media pembawa lain. Berbeda dengan penyakit non infeksius, kelompok penyakit ini dibedakan menjadi 4 golongan yaitu penyakit parasitik, mikotik, bakterial dan viral.

Penyakit Parasitik

Pengujian parasit (ektoparasit) dilakukan di laboratorium dengan metode mikroskopik. Preparasi sampel dengan cara scraping yaitu mengambil lendir kulit dan lendir insang diletakkan diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop.

Sampel ikan yang diuji merupakan sampel ikan yang masih hidup yang bergejala penyakit, yaitu berenang kepermukaan, lemah, berenang terbalik kemudian mati dan menunjukkan gejala abnormal. Jumlah sampel ikan sesuai dugaan prevalensi, sampel ikan hidup dibawa menggunakan kantong plastik berisi air.

Pengendalian serangan parasit antara lain mempertahankan suhu air ≥ 29⁰C selama 2 minggu atau lebih, pemberian imunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan secara rutin selama pemeliharaan, meningkatkan frekuensi pergantian air).

Beberapa contoh penyakit parasitik dengan gejala klinis dan pengendaliannya

1. Gyrodactylus sp (Cacing kulit)
Bio- Ekologi Patogen:

  • Ekto- parasit, bersifat obligat parasitic dan berkembang biak dengan beranak
  • Gyrodactylus sp. Tidak memiliki titik mata, danpada ujung kepalanya terdapat 2 buah tonjolan
  • Penularan terjadi secara horizontal, pada saat anak cacing lahir dari induknya
  • Menginfeksi semua jenis ikan aie tawar, terutama ukuran benih dan organ target meliputi seluruh permukaan tubuh ikan, terutama kulit dan sirip.  Infeksi berat dapat mematikan 30 – 100 % dalam tempo beberapa minggu, terutama sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan cendawan

Gejala klinis

  • Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna,gelap pertumbuhan lambat, dan produksi lendir berlebih
  • Peradangan pada kulit disertai warna kemerahan pada lokasi penempelan cacing
  • Menggosok-gosokkan badanya pada benda di sekitarnya

Pengendalian

  • Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air>29 0C
  • Mengurangi kadar bahan organic terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi pergantian air
  • Ikan yang terserang gyrodactylus dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis disinfektan, antara lain
  • larutan garam krosok pada konsentrasi 500 ppm – 1000 ppm tergantung jenis dan umur ikan ) selama 24 jam
  • Larutan kalium permanganat (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam

2. Ichtiopthirus sp
Bio-Ekologi Patogen :

  • Protozoa berbentuk bulat/oval berdiameter 50-1000 µm, diselaputi silia, inti sel berbentuk seperti tapal kuda
  • Bersifat obligat parasitic, dan pada angat ganas, infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari.
  • Menginfeksi semua jenis ikan air tawar terutama benih (ikan tidak bersisik lebih sensitif)

Gejala Klinis

  1. Nafsu makan menurun
  2. Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya
  3. Frekuensi pernapasan meningkat (megap-megap), mendekat ke air masuk
  4. Bintik-bintik putih di sirip, kulit atau insang.

Pengendalian

  1. Mempertahankan suhu air ≥ 29⁰C selama 2 minggu atau lebih
  2. Meningkatkan frekuensi pergantian air
  3. Pemindahan ikan pada air yang bebas ‘Ich’ secara berkala yang disesuaikan dengan siklus hidupnya
  4. Ikan yang terinfeksi ‘Ich’ dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan beberapa jenis disenfektan, antara lain:
  5. Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam, dilakukan pengulangan selama 24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
  6. Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam, dilakukan pengulangan selama 2 hari
  7. Perendaman dalam larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit, dilakukan pengulangan setiap 2 hari

3. Oodinium sp
Bio-Ekologi Patogen :

  • Merupakan ekto-parasit berbentuk bulat
  • Fase parasistik berbentuk seperti buah pir, diselaputi membrane dan apendik menyerupai rizoid sebagai alat penempel ikan. Lamanya fase ini tergantung pada suhu air, pada suhu 25⁰C selama ± 6 hari akan mencapai dewasa.
  • Infeksi yang berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari
  • Organ yang menjadi target infeksi meliputi kulit, sirip dan insang
  • Setelah dewasa, parasit melepaskan diri dari inang, berubah menjadi tomont dan membelah diri menjadi gymnospore. Gymnospore adalah stadia infektif yang berenang seperti spiral untuk mencari inang, apabila dalam tempo 15-24 jam tidak menemukan inang, stadia tersebut akan mati.

Gejala Klinis

  • Ikan terlihat gelisah, tutup insang mengembang, sirip-sirip terlipat, dan cepat kurus. Populasi parasit di kulit mengakibatkan warna keemasan, berkarat atau putih kecoklatan (dekil) sehingga sering disebut ‘velvet disease’
  • Ikan sering melakukan gerkan mendadak, cepat dan tak seimbang dan akan terlihat jelas pada saat pagi atau sore hari
  • Menggosokan tubuh di benda keras yang ada di sekitarnya, dan warna tubuh pucat.

Pengendalian

  • Mempertahankan suhu air ≥ 29⁰C
  • Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari
  • Ikan yang terinfeksi dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan beberapa jenis disenfektan, antara lain:
  • Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil (tergantung jenis dan umur ikan) selama beberapa jam, dilakukan pengulangan selama 24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
  • Perendaman dalam larutan Hydrogen Peroxide (H2O2) pada dosis 150 ppm selama 12 30 menit, dilakukan pengulangan selama 2 hari
  • Perendaman dalam larutan Acriflavin pada dosis 0.6 ppm selama 24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
  • Larutan Kupri Sulfat (CuSO4) pada dosis 0.5-1.0 ppm selama 5-7 hari dengan aerasi yang kuat, dan air harus diganti setiap hari
  • Larutan formalin 25-50 ppm selama 12-24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari. Methylenen blue pada dosis 2-6 ppm selam 3-5 hari.

4. Trichodina sp
Bio-Ekologi Patogen :

  • Protozoa dari golongan cilliata, berbentuk bundar, simetris dan terdapat di ekosistem air tawar, payau dan laut. Ukurannya 45-78 µm.
  • Memiliki cincin dentikel berupa cakram yang berfungsi sebagai alat penempel
  • Inang parasit adalah semua benih ikan air tawar, payau dan laut. Menginfeksi organ kulit, sirip dan insang ikan yang baru menetas hingga umur 1 bulan.
  • Kelompok parasit ini umumnya lebih bersifat komensalis dari pada parasitic sejati, karena hanya memakan sel-sel kulit ikan yang mati atau hancur.
  • Kematian ikan yang diakibatkannya bisa mencapai 50% dari total populasi, terutama akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan atau cendawan

Gejala Klinis

  1. Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus gelisah dan lamban
  2. Mengosokkan badan pada benda disekitarnya (gatal)
  3. Frekuensi pernafasan meningkat dan sering loncat
  4. Mengakibatkan iritasi dan luka pada kulit ikan karena struktur alat penempel yang keras (chitin)
  5. Iritasi sel epitel kulit, produksi lender berlebih sehingga berwarna kecoklatan atau kebiruan
  6. Sirip  rusak, menguncup dan rontok

Pengendalian

  1. Mempertahankan suhu air ≥ 29⁰C
  2. Mengurangi kadar bahan organic terlarut dan atau meningkatkan frekuensi pergantian air
  3. Ikan yang terinfeksi dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan beberapa jenis disenfektan, antara lain:
  4. Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama beberapa jam, dilakukan pengulangan selama 24 jam
  5. Air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari
  6. Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
  7. Larutan formalin 200 ppm selama 30-60 menit dengan aerasi yang kuat, atau pada dosis 25-50 ppm selam 24 jam atau lebih
  8. Perendaman dalam larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit
  9. Glacial acetic acid 0.5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3-4 kali
  10. Perendaman dalam larutan Hydrogen Peroxide (H2O2) (3%) 17.5 ml/L selama 10 menit, dilakukan pengulangan selama 2 hari
  11. Larutan Kupri Sulfat (CuSO4) 0.0001 mg/L selama24 jam diulang setiap 2 hari sekali

5. Dactylogyrus sp
Bio-Ekologi Patogen :

  • Ekto- parasit, bersifat obligat parasitic dan berkembang biak dengan bertelur
  • Dactylogyrus sp. memiliki 2 pasang titik mata, dan pada ujung kepalanya terdapat 4 buah tonjolan.
  • Penularan terjadi secara horizontal, pada saat anak cacing lahir dari induknya
  • Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih dan organ target meliputi seluruh permukaan tubuh ikan, terutama kulit dan sirip. 
  • Infeksi berat dapat mematikan 30 – 100 % dalam tempo beberapa minggu, terutama sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan cendawan

Gejala klinis

  1. Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban
  2. Frekuensi pernafasan meningkat, produksi mucus pada insang berlebih dan sering loncat
  3. Berkumpul mendekat ke air masuk
  4. Insang pucat atau membengkak sehingga operculum terbuka

Pengendalian

  • Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air >29 0C
  • Mengurangi kadar bahan organic terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi pergantian air
  • Ikan yang terserang gyrodactylus dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis disinfektan, antara lain
  • Larutan garam krosok pada konsentrasi 500 ppm – 10000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam

Larutan kalium permanganat (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam

6. Lernea sp
Bio-Ekologi Patogen :

  • Parasit ini dikenal dengan cacing jangkar (anchor worm)
  • Menempel ke tubuh ikan dengan ‘jangkar’ yang menusuk dan berkembang dibawah kulit
  • Badan parasit dilengkapi dengan 2 buah kantung telur akan terlihat menggantung di luar tubuh ikan.
  • Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini, tertama yang berukuran benih.
  • Pada tingkat infeksi yang tinggi dapt mengakibatkan kasus kematian yang serius.

Gejala klinis

  • Terlihat menyerupai panah yang menusuk tubuh ikan. Terkadang pada tubuh parasit ditumbuhi lumut sehingga ikan yang terinfeksi terlihat seperti membawa bendera hijau
  • Terjadinya luka atau pendarahan pada lokasi tempat penempelannya. Pada benih ikan dalamnya tusukan bias mencapai organ dalam sehingga bisa menyebabkan kematian

Pengendalian

  • Pengendapan dan penyaringan air masuk
  • Pemusnahan ikan yang terinfeksi dan pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran.
  • Perendaman dengan:
  • Larutan formalin pada 250 ppm selama 15 menit
  • Larutan abate pada dosis 1 ppm (akuarium) dan 1.5 ppm (kolam)
  • Larutan Dichlorvos 0.2 mg/L selama 24 jam atau lebih setiap minggu selama 4 minggu berturut-turut.

7. Argulus sp
Bio-Ekologi Patogen :

  • Parasit ini dikenal sebagai ‘kutu ikan’ dan penghisap darah berbentuk datar dan lebih Nampak seperti piring
  • Melukai tubuh ikan dengan bantuan enzim cytolytic, selain pada kulit, kutu ini juga sering dijumpai dibawah tutup insang ikan
  • Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini
  • Pada intensitas serangan tinggi ikan dewasapun dapat mengalami kematian karena kekurangan darah

Gejala klinis

  • Secara visual parasit ini tampak seperti kutu yang menmpel pada tubuh ikan, disertai dengan pendarahan dsekitar tempat gigitannya
  • Iritasi kulit, hilang keseimbangan, berenang zig-zag, melompat ke permukaan air dan menggosok-gosokan badannya pada benda keras yang ada disekitarnya.

Pengendalian                                        

  • Pemusnahan ikan yang terinfeksi dan pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran.
  • Perendaman dengan:
  • Larutan Dichlorvos 0.2 mg/L selama 24 jam atau lebih setiap minggu selama 4 minggu berturut-turut.
  • Larutan Dylox pada dosis 0.25 ppm selama 24 jam atau lebih di kolam
  • Larutan Amonium Klorida (NH4Cl) pada dosis 1.0-1.5% selama 15 menit atau garam dapur pada dosis 1.25% selama 15 menit
  • Garam dapur 500-1000 ppm selama 24 jam atau lebih, diulang setiap minggu selama 4 kali pemberian
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x