Telur Ikan Mas Najawa memiliki karakteristik adhesive atau menempel pada substrat, oleh karenanya pada saat pemijahan diberikan kakaban sebagai fungsi melekat telur. Setelah proses pemijahan berlangsung akan tampak telur yang menempel di permukaan kakaban. Pada pagi harinya, induk ikan mas kemudian diangkat dari hapa pemijahan dan dikembalikan ke kolam untuk dapat rematurasi atau pematangan gonad kembali. Selanjutnya, dilakukan penetasan telur dengan pemberian aerasi sebagai suplai oksigen yang cukup.
Induk betina ikan Mas Najawa mampu menghasilkan telur hingga 70.000-110.000 butir per ekornya. Telur hasil pemijahan ikan mas ini ada yang terbuahi dan ada yang tidak terbuahi. Telur yang terbuahi memiliki ciri-ciri warna kuning jernih dan transparan, sedangkan telur yang tidak terbahi berwarna putih susu pekat. Telur yang tidak terbuahi ini jika dibiarkan akan berjamur sehingga jika memungkinkan akan lebih baik jika dipisahkan dari telur yang terbuahi selama penetasan. Telur yang ditetaskan akan mengalami perkembangan embriogenesis mulai dari fase morula, blastula, gastrula, organogenesis, hingga menetas menjadi larva. Dalam proses penetasan telur ini, tidak semua telur terbuahi akan menetas. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor suhu dan juga kandungan oksigen di dalam air. Telur ikan Mas Najawa pada kondisi suhu 27-29oC akan menetas setelah 36-42 jam, dengan derajat penetasan (Hatching Rate) mencapai 75%.
Setelah larva menetas, siap dilakukan pemanenan larva untuk selanjutnya ditebar di kolam pendederan. Pemanenan larva dilakukan secara hati-hati karena larva yang masih sangat rentan mati akibat gesekan saat panen. Kakaban diangkat terlebih dahulu dari kolam penetasan dengan hati-hati sambil disiram air agar larva tidak menempel dan ikut terangkat. Hapa diangkat sedikit demi sedikit hingga larva terkumpul di satu titik. Larva dipanen dengan cara diambil menggunakan gayung dan dipindahkan ke wadah sementara untuk dibawa kekolam pendederan.
