Menu Tutup

Manajemen Pakan pada Larva Ikan Lele (Clarias sp.)

Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya ikan. Larva ikan lele (Clarias sp.) masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur (eggyolk sack) sesaat larva baru menetas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Morioka et.al (2013) bahwa egg-yolk  pada larva ikan lele habis dikonsumsi sampai kurang lebih 5 hari. Setelah egg-yolk habis, maka larva selanjutnya membutuhkan pakan dari lingkungan sekitarnya untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Larva ikan lele yang berumur 2 – 7 hari memiliki panjang tubuh 6.3 – 8.6 mm, sehingga masih memiliki bukaan mulut yang sangat kecil. Pembudidaya memberikan pakan alami pada larva ikan lele setelah larva lele berumur 3 – 4 hari. Pemberian pakan alami pertama kali diberikan saat eggyolk pada larva ikan lele akan habis. Kemudian larva lele yang berumur 10 hari dapat diberikan pakan berbentuk tepung. Pemberian pakan pada larva ikan lele dilakukan secara overlap atau tumpang tindih, hal ini dilakukan agar larva lele beradaptasi terhadap jenis pakan yang baru. Jenis pakan alami yang umumnya diberikan kepada larva ikan lele adalah cacing sutera dan kutu air.

Cacing sutera ( Tubifex sp.) merupakan jenis pakan alami yang sering diberikan pembudidaya pada fase awal pemeliharaan larva ikan lele. Cacing sutera mengandung nutrien yang dibutuhkan oleh larva lele untuk pertumbuhannya. Kandungan nutrisi pada cacing sutera meliputi kadar protein 57%, lemak 13%, dan air 87,7% (Febrianti et al. 2020). Cacing sutera yang didapatkan dari pembudidaya cacing sutera, terlebih dahulu dibilas dengan air bersih sebelum diberikan pada larva lele. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang atau patogen yang dapat mempengaruhi larva lele. Cacing sutera diberikan secara ad libitum (selalu tersedia di wadah pemeliharaan larva). Cacing sutera ditebar pada kolam larva lele dan diletakkan di bawah inlet kolam (air yang mengalir). Hal ini dilakukan agar cacing sutera mendapatkan oksigen yang cukup. Apabila cacing sutera tidak mendapatkan oksigen yang cukup, dapat mengakibatkan kematian sehingga menurunkan kualitas air pada kolam pemeliharaan larva lele.

Kutu air (Moina sp.) merupakan jenis pakan alami lainnya yang sering digunakan oleh pembudidaya pada saat pemeliharaan larva ikan lele. Pemberian moina pada pemeliharaan awal larva ikan lele karena ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulut larva lele. Moina sp. memiliki kandungan nutrisi berupa protein mencapai 37,38%, lemak 13,29% dan air 99,60% (Dewi et al. 2019). Kutu air dapat dengan mudah ditemukan pada perairan tenang yang memiliki kandungan nutrien yang tinggi. Selain ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan lele, sifat Moina sp. yang bergerak bebas mampu menarik perhatian larva. Ketersediaan kutu air yang selalu ada pada kolam pemeliharaan larva lele diharapkan dapat mengurangi tingkat kanibalisme pada larva lele.

Larva ikan lele yang sudah berumur 10 hari dapat diberikan pakan berbentuk tepung dengan minimal protein 40%. Pakan berbentuk tepung diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari dengan FR (feeding rate) 10% biomassa larva. Pakan dengan protein tinggi sangat penting diberikan untuk memenuhi nutrisi pada larva ikan lele. Protein merupakan salah satu nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan larva lele.

Larva ikan lele belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna, sehingga pakan yang diberikan harus disesuaikan ukurannya dengan bukaan mulut larva. Larva ikan lele memiliki laju metabolisme yang cepat, sehingga pakan yang diberikan pada larva ikan lele harus selalu ada pada wadah pemeliharaan. Namun, pemberian pakan harus disesuaikan jumlahnya dengan kebutuhan larva, apabila berlebihan dapat menurunkan kualitas air pada wadah pemeliharaan larva. Nutrisi penting yang harus ada di dalam pakan yaitu protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pemberian pakan yang tepat pada tahapan awal kehidupan larva ikan lele diharapkan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal untuk ikan lele.

Daftar Pustaka
Dewi AT., Suminto, Nugroho RA. 2019. Pengaruh pemberian pakan alami Moina sp. dengan dosis yang berbeda dalam feeding regime terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan baung (Hemibagrus nemurus). Jurnal Sains Akuakultur Tropis. 3(1) : 17 – 26.
Febrianti S., Shafruddin D., Supriyono E. 2020. Budidaya cacing sutera (Tubifex sp.) dan budidaya ikan lele menggunakan sistem bioflok di kecamatan simpenan sukabumi. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(3) : 429 – 434.
Morioka S., Vongvichith B., Phommachan P., Chantasone P. 2013. Growth and morphological development of laboratory-reared larval and juvenile bighead catfish Clarias macrocephalus (Siluriformes : Clariidae). Ichthyology Reasearch. 60 : 16 – 25.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x