Menu Tutup

IKAN NILEM  (Ostheochilus hasselti)

Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki banyak keunggulan, dari aspek ekonomi, ikan nilem memiliki prospek pasar yang cukup luas, tidak hanya dipasaran lokal, namun sudah dapat menembus pasar internasional karena ikan ini memiliki rasa daging dan telur yang sangat gurih1.

Ikan Nilem merupakan ikan endemik indonesia yang hidup di sungai-sungai dan rawa- rawa. Di habitat tersebut  mudah ditumbuhi pakan alami dari kelompok peryphyton seperti eyanophyeene, yang berfungsi sebagai sumber makanan penting bagi invertebrata. Ikan nilem hidup di linkungan hidup air tawar dengan kisaran kandungan oksigen terlarut yang cukup yaitu 5-8 mg/l.

Di daerah tropis umum nya ikan nilem dipelihara dengan baik pada daerah dengan ketinggian 150-1000 m dari permukaan laut , tapi ketinggian optimumnya 800 m dari permukaan laut. Ikan nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5-6 mg/L. Karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan yaitu 1ppm.

Manajemen induk ikan nilem meliputi karantina dan pemberokan. Karantina ikan dilakukan dengan memisahkan induk ikan nilem jantan dan betina dengan tujuan memudahkan dalam melakukan seleksi induk ikan nilem jantan dan betina yang benar benar matang gonad. Selama masa karantina, induk ikan nilem diberi pakan secara ad libitum atau sekenyang-kenyangnya. Pemberian pakan dilakukan pada pagi (08.00 WIB) dan Sore hari (16.30 WIB) dengan pellet SPLA 12 ukuran -3. Sesudah dikarantina, langkah selanjutnya adalah melakukan pemberokan dengan mempuasakan induk ikan nilem selama 24 jam. Tujuan dari pemberokan supaya terjadi pengosongan organ pencernaan sehingga ketika induk ikan nilem melakukan proses pemijahan, telur yang dikeluarkan tidak terkontaminasi oleh feses induk ikan nilem serta memaksimalkan pengeluaran telur dari induk ikan nilem betina dan sperma dari induk ikan nilem jantan. Karantina dilakukan selama 3 hari, sedangkan pemberokan dilakukan selama 1 hari sebelum proses pemijahan.

Sebelum melakukan pemijahan, alangkah baiknya melakukan seleksi dan pemilihan induk ikan nilem. Proses seleksi dan persiapan calon induk bertujuan untuk memastikan induk ikan nilem yang dipijahkan telah mencapai matang gonad. Produktivitas yang tinggi dicirikan oleh sifat cepat tumbuh dan kelangsungan hidup yang tinggi pada lingkungan budidaya (Khairuman dalam Ramadhan dkk. 2018).

  • Seleksi induk dilakukan dengan cara mengamati ciri fisik seperti
  • Bentuk dan ukuran tubuh
  • Kecerahan warna tubuh
  • Keberadaan luka atau kecacatan fisik

Pengamatan Seksual

Untuk mengetahui matang gonad, pengamatan seksual induk yang telah matang gonad dan siap memijah digolongkan menjadi 2 yaitu pengamatan seksual secara primer dan sekunder.

Pengamatan Seksual secara primer dapat dilakukan melalui proses striping. Betina akan mengeluarkan telur berwarna kuning kecoklatan sedangkan Jantan mengeluarkan sperma berwarna putih susu.

Pengamatan sekunder dapat diketahui dengan mengamati morfologi fisk (dimorfsme) dan warna (dichromatis)

  1. Pengamatan secara Bentuk tubuh (dimorfisme) ikan nilem betina bagian perut cenderung berbentuk besar dan membulat disertakan dengan gerakan yang lambat, selain itu ketika diraba pada bagian perut terasa sedikit padat dan bagian operculum dan sisik tubuhnya cenderung lebih halus.
    Pada Ikan Nilem jantan bentuk badan tampak lebih langsing dibandingkan dengan induk ikan nilem betina sehingga gerakan cenderung lebih gesit dan agresif ketika mendekati induk ikan nilem betina serta memiliki permukaan operculum dan sisik tubuh yang sedikit lebih kasar dibandingkan induk ikan nilem betina.
  2. Pengamatan secara warna (dichromatis) ditemukan induk ikan nilem betina memiliki warna yang jauh lebih gelap dan induk ikan nilem jantan memiliki warna lebih terang bila dilihat dari sisi atas, terutama lebih jelas saat terpapar sinar matahari.

Teknik Pemijahan dilakukan secara semi buatan, dimulai dengan pengukuran bobot untuk mengetahui bobot ikan nilem yang telah matang gonad sebelum memijah serta dapat menentukan dosis penyuntikan injeksi ovaspek yang sesuai dalam tubuh ikan menggunakan spuit. Untuk dosis induk ikan nilem betina berkisar 0,2-0,3 ml dari bobotnya dan untuk induk ikan nilem jantan berkisar 0,1 ml dosis hormon ovaspek dari bobotnya. Ujung Jarum spuit yang diinjeksikan harus telungkup dan membentuk arah suntikan 45° dengan tujuan jarum spuit dapat lebih masuk ke dalam daging serta saat ditarik kembali sisik induk ikan nilem tidak terangkat dan lepas. Selanjutnya induk ikan nilem ditaruh pada kain hapa pemijahan dengan perbandingan 2:3, dimana 1 hapa terdapat 2-3 betina dan 3-4 jantan. Proses pemijahan ikan nilem berlangsung pada malam hari pukul 22.00 malam hingaa 02.00 pagi WIB.

Larva yang telah menetas tetap dipelihara di kolam pemijahan selama 2 hari dan belum diberikan pakan tambahan karena larva ikan nilem masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Pada hari ke-3 sesudah menetas, larva ikan nilem dilakukan pemanenan menggunakan seser benih dan selanjutnya dilepas pada kolam pemeliharaan larva ikan nilem. Selama 5 hari dikolam pemeliharaan, larva ikan nilem mengonsumsi kutu air seperti moina sebagai pakan alami dan pada pemeliharaan hari ke-6 larva ikan nilem sudah diberi pakan buatan berupa SP 12 pakan udang bubuk pada pagi dan sore hari selama masa pendederan 1 atau selama 1,5 bulan

  1. Azhari et al., 2017 ↩︎
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x