Lele Sangkuriang merupakan versi perbaikan dari lele dumbo yang saat ini mengalami penurunan kualitas. Ikan ini dihasilkan berkat penelitian panjang BBPBAT untuk mengembalikan sifat unggul dan produktivitas lele dumbo.
Penurunan kualitas lele dumbo
Ikan lele dumbo pertama kali diekspor dari Taiwan pada tahun 1985. Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil silangan ikan lele asal Taiwan dengan nama latin Clarias Fuscus dengan ikan lele asal Afrika dengan nama latin Clarias Mozambicus.
Terlepas dari kontroversi sepesies lele dumbo, diakui bahwa jenis ikan lele ini lebih produktif untuk dibudidayakan di Indonesia. Sehingga hampir semua peternak lele memilih membudidayakan lele dumbo ketimbang lele lokal (Clarias Batrachus) yang saat itu banyak dibudidayakan. Meski daging lele dumbo tak segurih lele lokal, tetap saja memelihara lele dumbo jauh lebih ekonomis dibanding lele lokal.
Lele dumbo bisa tumbuh jauh lebih cepat, ukurannya lebih bongsor dan lebih tahan terhadap berbagai bibit penyakit.
Proyek ikan lele sangkuriang
Baru pada tahun 2000-an, pemerintah lewat BBPBAT melakukan penelitian untuk meningkatkan kembali kualitas lele dumbo.
Perkwainannya melalui dua tahap, pertama mengawinkan indukan betina F2 dengan indukan jantan F2, sehingga dihasilkan lele dumbo jantan F2-6. Kemudian lele dumbo F2-6 jantan ini dikawinkan lagi dengan indukan F2 sehingga dihasilkan ikan lele Sangkuriang.
Proses penelitian ikan lele Sangkuriang memakan waktu yang cukup lama. Dua tahun setelah itu benih lele Sangkuriang baru diperkenalkan secara terbatas.
Perbandingan yang paling mencolok antara ikan lele dumbo dengan ikan lele Sangkuriang antara lain, adalah kemampuan bertelur (fekunditas) ikan lele sangkuriang yang mencapai 40.000-60.000 per kg induk betina dibanding lele dumbo yang hanya 20.000-30.000, derajat penetasan telur dari ikan lele sangkuriang lebih dari 90% sedangkan lele dumbo lebih dari 80%.
Dilihat dari pertumbuhannya, pembesaran harian ikan lele sangkuriang bisa mencapai 3,53% sedangkan lele dumbo hanya 2,73%. Dan, konversi pakan atauFood Convertion Ratio (FCR) ikan lele sangkuriang mencapai 0,8-1 sementara lele dumbo lebih besar sama dengan 1. FCR merupakan nisbah antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan daging ikan. Semakin kecil nisbah FCR semakin ekonomis ikan tersebut dipelihara.
Pada tahun 2010, BBPBAT kembali melakukan pengembangan terhadap ikan lele sangkuriang. Kali ini lembaga penelitian plat merah ini mengawinkan lele sangkuriang dengan lele dari sungai Nil, Afrika. Indukan jantan merupakan lele sangkuriang F6 sedangkan indukan betinanya F2 dari Afrika. Indukan dari Afrika ini bobot tubuhnya bisa mencapai 7 kg, diharapkan bisa mendongkrak sifat unggul bagi turunannya.
BBPBAT mengklaim lele sangkuriang II bisa tumbuh 10 persen lebih cepat dari generasi sebelumnya. Ukuran tubuhnya pun lebih bongsor dan yang terpenting lebih tahan terhadap penyakit.
Saat ini ikan lele sangkuriang II belum dilepas untuk umum. Ikan ini masih harus melakukan uji multilokasi. Dari keterangan tertulisnya, BBPBAT melakukan uji multilokasi di Bogor, Boyolali, Gunung Kidul dan Kepanjen
[…] Dikutip dari : http://bptpb.jogjaprov.go.id/asal-usul-lele-sangkuriang/ […]